Sabtu, 02 Agu 2025
Senin, 14 Jul 2025

Hidroponik di Lahan Sempit, Solusi Produksi Pangan Keluarga

Oleh Meza Yupitasari, S.P., M.Si Owner selabung hidroponik dan Anggota Ikaperta Unila

PERTUMBUHAN penduduk di kawasan perkotaan semakin menuntut peningkatan ketahanan pangan, sementara lahan yang tersedia semakin terbatas dan banyaknya alih fungsi lahan.

Pemanfaatan lahan pekarangan sempit melalui teknik hidroponik menawarkan solusi inovatif untuk memenuhi kebutuhan pangan sekaligus meningkatkan pendapatan rumah tangga.

Dalam konteks ini, masyarakat perkotaan dituntut untuk lebih kreatif dan mandiri dalam mengelola sumber daya yang ada di sekitar mereka, termasuk pekarangan yang selama ini dianggap tidak produktif.

Peningkatan harga bahan pangan di pasar juga mendorong kebutuhan untuk menghasilkan sayuran secara mandiri, sehingga beban pengeluaran rumah tangga dapat ditekan.

Urbanisasi yang pesat membawa tantangan besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Lahan pekarangan sering kali tidak dimanfaatkan secara optimal, padahal memiliki potensi besar untuk menjadi sumber pangan.

Teknik hidroponik, sebagai teknik pertanian tanpa tanah, memungkinkan pemanfaatan ruang yang efisien dan dapat memberikan hasil yang signifikan.

Dengan hanya menggunakan media tanam seperti rockwool, arang sekam, atau spons, serta larutan nutrisi yang mengandung unsur hara lengkap, tanaman dapat tumbuh dengan cepat dan sehat.

Teknologi ini juga sangat cocok diterapkan di lingkungan padat penduduk yang tidak memiliki akses ke lahan luas. Dengan demikian, penggunaan hidroponik di lahan pekarangan sempit tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga meningkatkan pendapatan rumah tangga.

Hal ini sejalan dengan program urban farming yang kini mulai didorong oleh berbagai pemerintah kota sebagai bagian dari strategi pembangunan berkelanjutan.

Lahan pekarangan di perkotaan, meskipun terbatas, dapat dimanfaatkan untuk menanam berbagai jenis sayuran dan tanaman herbal.

Penelitian menunjukkan bahwa hidroponik dapat meningkatkan produktivitas pertanian, bahkan di ruang yang sempit.

Beberapa tanaman yang cocok untuk ditanam secara hidroponik antara lain selada, bayam, dan herbal seperti basil dan mint.

Tanaman-tanaman ini tidak memerlukan waktu lama untuk dipanen, rata-rata hanya memerlukan waktu 30–40 hari dari proses semai hingga siap dikonsumsi atau dijual.

Dengan perawatan yang relatif mudah, siapa pun, bahkan yang belum berpengalaman di bidang pertanian, bisa memulai sistem hidroponik skala kecil.

Model vertikal garden atau rak susun bertingkat juga bisa diterapkan untuk menambah kapasitas tanam, meskipun luas pekarangan hanya beberapa meter persegi.

Penggunaan teknik hidroponik pada lahan pekarangan yang sempit di area perkotaan, memberikan banyak manfaat seperti efisiensi ruang, pertumbuhan tanaman yang lebih cepat, penggunaan air yang efisien, dan menghasilkan kualitas tanaman yang lebih sehat dan higienis karena tidak menggunakan pestisida kimia dan memiliki nilai gizi yang tinggi, bila dibandingkan dengan teknik konvensional.

Data dari berbagai studi menunjukkan bahwa teknik hidroponik mampu menghemat penggunaan air hingga 90% dibandingkan metode tanam konvensional, menjadikannya solusi yang ramah lingkungan.

Selain itu, tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik cenderung lebih bersih dan bebas dari residu bahan kimia, sehingga aman untuk dikonsumsi setiap hari oleh seluruh anggota keluarga.

Bagi anak-anak, terlibat dalam proses menanam juga bisa menjadi sarana edukasi yang menyenangkan dan menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan serta pentingnya pangan sehat.

Dengan menanam berbagai jenis sayuran dan herbal, keluarga dapat mengurangi pengeluaran untuk pembelian bahan pangan.

Hasil panen dari sistem hidroponik dapat dijual di pasar lokal, memberikan tambahan pendapatan bagi rumah tangga serta dapat memberikan peluang usaha kecil bagi masyarakat juga seperti menjual bibit atau alat hidroponik.

Beberapa komunitas perkotaan bahkan telah mengembangkan koperasi kecil berbasis hidroponik yang memfasilitasi pemasaran hasil panen, pelatihan teknik budidaya, dan penyediaan alat serta nutrisi bagi anggotanya.

Model seperti ini tidak hanya memperkuat ekonomi keluarga, tetapi juga membangun solidaritas dan jaringan sosial yang produktif di tengah masyarakat perkotaan yang cenderung individualis.

Pemanfaatan lahan pekarangan sempit di perkotaan dengan teknik hidroponik merupakan solusi efektif untuk meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan rumah tangga.

Dengan dukungan dari pemerintah dan masyarakat, teknologi hidroponik dapat diadopsi secara luas, menjadikan lahan terbatas sebagai sumber pangan yang berkelanjutan dan menguntungkan.

Pemerintah daerah dapat berperan aktif dengan memberikan pelatihan gratis, subsidi alat dan nutrisi hidroponik, serta mendukung terbentuknya kelompok tani kota.

Selain itu, sektor swasta juga bisa dilibatkan dalam bentuk kemitraan CSR untuk mendorong gerakan pekarangan produktif berbasis hidroponik.

Jika sinergi ini berhasil diwujudkan, maka bukan tidak mungkin kota-kota di Indonesia akan menjadi lebih mandiri pangan, lebih hijau, dan lebih sehat dalam waktu dekat. ***

Tuliskan komtar mu disini
Tulisan Lainnya...