Kamis, 06 Nov 2025
Senin, 16 Jun 2025

Diversifikasi Agroforesty Kakao (DCA) Mendukung Pertanian Cerdas Iklim dan Pendapatan Ekonomi

Oleh Beny Kurniawan, S.Hut.CEO PT Benah Lingkungan Farm dan Anggota Ikaperta Unila

PERUBAHAN iklim terjadi karena meningkatnya konsentrasi gas karbon dioksida dan gas-gas lainnya di atmosfer yang menyebabkan efek gas rumah kaca. Konsentrasi gas rumah kaca tersebut meningkat disebabkan oleh berbagai kegiatan manusia seperti emisi bahan bakar, perubahan fungsi lahan, limbah, dan kegiatan industri.

Dampak perubahan iklim yaitu berupa angin kencang, curah hujan tinggi dan berkepanjangan, kemarau berkepanjangan, dan temperatur ekstrim yang kini sudah semakin terasa.

Berikut adalah pengaruh dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian 1) Angin kencang menyebabkan kerusakan fisik tanaman pohon tumbang, bunga gugur, penyebaran hama dan penyakit meluas, penyerbukan bunga tidak maksimal; 2) Curah hujan tinggi dan berkepanjangan: menyebabkan kematian benih tinggi, peningkatan serangan penyakit jamur, kegagalan buah meningkat, penurunan hasil, tanah longsor; 3) Kemarau berkepanjangan menyebabkan bunga rontok, tanaman layu dan mengering, penurunan hasil; 4) Temperatur ekstrim menyebabkan penurunan hasil, kekeringan daun, kematian tanaman muda, berkurangnya produksi bunga dan buah.

Konsep pertanian cerdas iklim dimaksudkan untuk mencegah dan mengantisipasi dampak buruk dari perubahan iklim. Cerdas iklim artinya mampu melakukan mitigasi perubahan iklim dengan baik, sehingga dampak negatif yang terjadi dapat lebih rendah dan aksi adaptasi yang dilakukan akan menjadi ringan.

Mitigasi perubahan iklim adalah kegiatan yang berhubungan dengan upaya meredam kenaikan gas rumah kaca penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim melalui penambahan/penyimpanan stok karbon, misalnya dengan cara penanaman pohon.

Adaptasi perubahan iklim adalah tindakan menyesuaikan diri untuk mengantisipasi dan meminimalisir pengaruh buruk iklim. DCA adalah penganekaragaman dan pemadupadanan tanaman pertanian atau usaha pertanian dalam arti luas dan tanaman kehutanan dengan tanaman kakao dalam satu kebun dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan kebun dan lingkungannya terhadap dampak perubahan iklim serta peningkatan ketahanan ekonomi petani melalui penganekaragaman sumber pendapatannya (Mars 2024).

Berikut adalah panduan pemilihan spesies tanaman kehutanan untuk ketahanan iklim pada agroforestry kakao; untuk menghadapi Kemarau panjang, tanaman yang dapat digunakan adalah Durian, Alpukat, dan aren.

Tanaman ini mampu bertahan pada saat kemarau dan dapat menyimpan dan berbagi air dengan tanaman lainSementara tanaman yang cocok pada daerah dengan Curah hujan tinggi dan berkepanjangan adalah Durian, Alpukat, yang mampu menyerap air dengan baik dan mengurangi dampak erosi di permukaan tanaman.

Pada kondisi alam dengan Angin kencang, tanaman yang direkomendasikan adalah Jati dan Asam, tanaman ini memiliki ranting/batang dan akarnya kokoh untuk melindungi tanaman kakao dalam memecah angin agar kakao terhindar dari keguguran bunga dan tertimpa dahan penaung.

Sedangkan pada Temperatur ekstrim, tanaman yang rekomendasikan adalah Sengon, turi, dan gamal. Jenis ini mampu menjaga kelembaban didalam kebun sehingga polinator dan ekosistem dalam kebun tetap terjaga.

Jenis-jenis tanaman tersebut dikombinasikan dalam satu kebun kakao. Harapannya dengan berbagai kriteria jenis tanaman tersebut dapat mengurangi dampak negatif perubahan iklim.

Akan tetapi hal yang perlu diperhatikan dalam konsep DCA ini perlu memperhatikan pengaturan jarak tanam. Mengatur jarak antara tajuk kakao dengan tajuk naungan bertujuan untuk memastikan pencahayaan yang optimal untuk kakao dan tanaman lain dibawahnya.

Pada tanaman kakao muda (kurang dari 4 tahun) jarak vertikalnya minimal 2 meter, sedangkan untuk tanaman kakao produktif jaraknya minimal 7 meter.

Berikut contoh kombinasi yang direkomendasikan oleh Mars Cocoa Academy: 1.Tanaman kakao dengan jarak tanam 3m x 3m dengan konsep multiklon yaitu dengan jenis; MCC 02, BB 01 dan LCRI 092. Pohon penaung: -Kayu : Mahoni/Bitti/Jati putih dengan jarak tanam 4m x 4m yang terletak mengelilingi batas kebun- Alpukat/Petai dan Mangga dengan jarak tanam 27m x 27m yang tersebar merata dalam satu kebun- Durian/Sengon/Albasia dengan jarak tanam 27m x 27m yang tersebar merata dalam satu kebun.

Hal yang perlu diperhatikan saat pengolahan lahan yaitu jangan melakukan pembakaran lahan. Manfaat pembukaan lahan tanpa bakar adalah sisa tanaman menjadi mulsa organik; mempertahankan kelembapan tanah; meningkatnya kesuburan tanah karena kandungan bahan organik yang juga meningkat; tidak menyebabkan timbulnya polusi udara akibat asap dan menjaga level pH tanah.

Selain itu pembukaan lahan dengan cara membakar akan bertentangan dengan undang-undang nomor 18 tahun 2004 tentang perkebunan pada pasal 26 yang berbunyi “Setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup”.

Hal yang tidak kalah penting adalah tidak membuka lahan areal hutan lindung atau bukan termasuk areal konservasiKonsep DCA pada sudut pandang ekonomi keluarga yaitu menjaga keberagaman sumber pendapatan dalam satu tahun.

Hal ini disebabkan dengan konsep DCA petani akan mendapatkan penghasilan dari banyak sumber, yaitu 1) penghasilan dari tanaman kakao; 2) penghasilan lainnya dari tanaman penaung seperti kelapa, durian, alpukat, petai, dan kayu; 3) Kemudian dari tanaman bawahnya seperti pisang, cabai dan sayur-sayuran dan 4) penghasilan dari ternak yang diintegrasikan dalam sistem atau konsep agroforestri kakao, seperti ternak kambing (sumber bahan organik) atau budidaya lebah madu trigona dan sebagainya.

Dalam penerapan agroforestri di lapangan, banyak ditemukan berbagai macam model agroforestri guna mendukung pemanfaatan lahan yang lebih efektif dan efisien yaitu: perpaduan antara tanaman keras (jangka panjang: pohon-pohonan dengan tanaman dengan tanaman semusim (pertanian jangka pendek) perpaduan tanaman utama (sumber pangan, komoditas ekonomi) dengan tanaman sampingan, perpaduan tanaman dengan musim atau umur panen yang berbeda-beda seperti padai ladang, mentimun, kelapa, durian, alpukat.

Perpaduan pengelolaan pohon-pohonan dengan perikanan (balong, embung) yang dikenal dengan istilah silvofishery. Semuanya dengan tujuan memastikan petani dapat memenuhi kehidupannya dalam satu tahun dari sumber penghidupan berbasis pertanian. ***

Tuliskan komtar mu disini
Tulisan Lainnya...