Peternak di Koperasi Produksi Ternak (KPT) Maju Sejahtera, Kecamatan Tanjung Sari, Lampung Selatan, kini menikmati hasil nyata: pakan lebih murah, ternak lebih sehat, dan produktivitas meningkat.

Lampung Selatan – Limbah pertanian sering kali dianggap tidak bernilai, hanya dibuang atau bahkan dibakar. Salah satunya adalah tongkol jagung, bagian dari tanaman jagung yang tertinggal setelah biji dipipil. Namun, siapa sangka, bahan yang sering dianggap sampah ini ternyata bisa disulap menjadi pakan bernutrisi tinggi bagi ternak ruminansia.
Melalui penerapan teknologi amoniasi, para peternak di Koperasi Produksi Ternak (KPT) Maju Sejahtera, Kecamatan Tanjung Sari, Lampung Selatan, kini menikmati hasil nyata: pakan lebih murah, ternak lebih sehat, dan produktivitas meningkat.
Tongkol Jagung: Dari Limbah Jadi Sumber Nutrisi
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara produsen jagung terbesar di Asia Tenggara, dengan produksi mencapai lebih dari 19 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, sebagian besar dimanfaatkan untuk konsumsi manusia dan pakan unggas, sementara bagian lain seperti tongkol, kulit, dan batang sering kali terbuang begitu saja.
Tongkol jagung sendiri merupakan bagian keras yang tersisa setelah biji dipipil. Selama ini, banyak petani membakarnya di lahan setelah panen atau membiarkannya menumpuk. Praktik ini tidak hanya menimbulkan polusi udara, tetapi juga berpotensi merusak kesuburan tanah. Padahal, jika dikelola dengan baik, tongkol jagung bisa menjadi sumber energi dan serat yang berharga bagi ternak ruminansia.
Secara alami, tongkol jagung mengandung serat kasar tinggi dengan lignin yang sulit dicerna. Nilai nutrisinya rendah, dengan kadar protein kasar hanya sekitar 3–4%, sehingga jarang dipakai sebagai pakan utama. Namun, potensi ketersediaannya sangat besar. Jika dihitung, setiap satu hektar tanaman jagung bisa menghasilkan 1–1,5 ton tongkol. Dengan luas panen jagung nasional mencapai jutaan hektar per tahun, jumlah tongkol yang tersedia bisa mencapai puluhan juta ton.
Sayangnya, tanpa teknologi pengolahan, limbah ini tidak optimal dimanfaatkan. Di sinilah inovasi seperti amoniasi hadir sebagai solusi praktis. Dengan perlakuan sederhana menggunakan urea, tongkol jagung bisa ditingkatkan kualitas nutrisinya, bahkan kadar protein kasarnya bisa naik menjadi 6–9%.
Selain meningkatkan kandungan gizi, teknologi ini juga mengubah tekstur tongkol yang keras menjadi lebih lunak, sehingga lebih mudah dikonsumsi ternak. Hasilnya, limbah yang tadinya tidak berharga berubah menjadi pakan alternatif yang strategis, murah, dan berkelanjutan.
Lebih jauh lagi, pemanfaatan tongkol jagung sebagai pakan juga sejalan dengan prinsip circular economy di sektor pertanian. Limbah pertanian yang semula dibuang dapat dimanfaatkan kembali dalam rantai produksi, mengurangi pencemaran lingkungan, sekaligus menambah nilai ekonomi bagi petani dan peternak.
Apa Itu Teknologi Amoniasi?
Amoniasi adalah perlakuan terhadap bahan pakan berserat dengan menggunakan urea dan sedikit air, lalu ditutup rapat dalam kondisi anaerob selama 2–3 minggu.
Proses ini menghasilkan perubahan kimia yang membuat serat kasar lebih lunak dan mudah dicerna. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kecernaan bahan kering tongkol jagung meningkat dari 45% menjadi lebih dari 60% setelah melalui amoniasi.

Manfaat Nyata Bagi Peternak
Para peternak di KPT Maju Sejahtera kini benar-benar merasakan manfaat besar dari penerapan teknologi amoniasi tongkol jagung. Dari sisi ekonomi, biaya pakan dapat ditekan hingga 20–25% dibandingkan dengan penggunaan pakan konvensional berbasis konsentrat. Penghematan ini tentu sangat berarti bagi peternak rakyat yang selama ini menghadapi tingginya harga pakan.
Selain itu, penerapan teknologi ini juga ramah lingkungan. Setiap 1 ton tongkol jagung yang diamoniasi setara dengan mengurangi 1 ton limbah pertanian yang sebelumnya berpotensi mencemari lingkungan bila dibakar atau ditimbun. Dengan kata lain, peternak tidak hanya memperoleh keuntungan ekonomi, tetapi juga berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Seorang anggota KPT Maju Sejahtera bahkan mengungkapkan pengalaman pribadinya. “Sapi-sapi kami jadi lebih lahap makan pakan amoniasi. Dalam waktu tiga bulan, bobotnya bisa naik lebih dari 70 kilogram. Itu jauh lebih cepat dibandingkan dulu,” ujarnya penuh semangat. Kesaksian ini menjadi bukti nyata bahwa inovasi sederhana dapat membawa dampak besar bagi kesejahteraan peternak.
Dukungan Perguruan Tinggi dan Pemerintah
Penerapan teknologi ini bukan muncul begitu saja, melainkan bagian dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang di danai oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, melalui skema Program Kemitraan Masyarakat tahun 2025 yang digagas oleh tim dosen perguruan tinggi. Tim yang dipimpin oleh Prof. Dr. Kusuma Adhianto, S.Pt., M.P. sebagai ketua pelaksana, secara aktif memberikan pelatihan, mendampingi pembuatan pakan amoniasi, hingga melakukan evaluasi performa ternak di lapangan.
Prof. Kusuma menegaskan bahwa teknologi sederhana seperti ini memiliki dampak besar bagi peternak rakyat. “Kami ingin menunjukkan bahwa tongkol jagung yang selama ini dianggap limbah, ternyata bisa menjadi sumber nutrisi bernilai tinggi bila diolah dengan tepat. Dengan amoniasi, peternak tidak hanya menghemat biaya, tetapi juga mempercepat pertumbuhan ternak mereka,”
“Kami berharap teknologi amoniasi tongkol jagung ini tidak hanya meningkatkan produktivitas ternak, tetapi juga menjadi inspirasi bagi peternak lain untuk memanfaatkan limbah pertanian. Dengan inovasi sederhana tapi efektif, kita bisa meningkatkan kemandirian pakan sekaligus kesejahteraan peternak rakyat,” ujarnya.
Beliau juga menekankan bahwa keberhasilan program ini tidak lepas dari semangat peternak yang terbuka menerima pengetahuan baru. “Kolaborasi antara akademisi, peternak, dan pemerintah daerah sangat penting. Inovasi tidak akan berjalan tanpa dukungan penuh dari masyarakat yang menjadi pelaku utama di lapangan,” tambahnya.
Pemerintah daerah pun memberikan apresiasi atas langkah ini. Menurut mereka, inovasi sederhana seperti amoniasi sangat penting untuk meningkatkan kemandirian pakan sekaligus membantu mewujudkan ketahanan pangan dan kesejahteraan peternak lokal.
Harapan Ke Depan
Keberhasilan KPT Maju Sejahtera dalam memanfaatkan teknologi amoniasi tongkol jagung diharapkan bisa menjadi model bagi kelompok ternak lain di daerah lain.
Dengan potensi limbah jagung yang melimpah di berbagai daerah Indonesia—mencapai lebih dari 20 juta ton tongkol per tahun—peluang untuk memperluas praktik ini sangat besar.
Selain tongkol jagung, teknologi amoniasi juga bisa diterapkan pada bahan lain seperti jerami padi atau limbah perkebunan, sehingga dapat menjadi solusi berkelanjutan untuk masalah pakan.
Tongkol jagung yang dulu hanya dianggap limbah kini telah berubah menjadi “berkah” bagi peternak. Melalui teknologi amoniasi, peternak rakyat tidak hanya menghemat biaya hingga seperempat dari total pengeluaran, tetapi juga meningkatkan produktivitas ternak hingga dua kali lipat.
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa inovasi sederhana dengan dukungan berbagai pihak mampu membawa perubahan nyata. Sebagaimana pesan Prof. Kusuma, kemandirian pakan dan kesejahteraan peternak rakyat adalah cita-cita bersama yang bisa diwujudkan dengan semangat kolaborasi dan keberanian mencoba hal baru. (*)